Bila diingat lagi, popstar Taylor Swift sebenarnya baru saja merilis album di tahun 2019 kemarin bertajuk Lover. Para fans dibuat terkejut saat album ini dirilis di berbagai platform streaming. Tiada tanda-tanda bahwa Taylor sedang mengerjakan sesuatu di masa pandemi covid-19. Ternyata, Taylor justru menjadi sangat produktif menulis dan merekam sebuah album. Momen perilisan album yang secara tiba-tiba ini, bukanlah kejutan yang sebenarnya. Melainkan genre musik pada album folklore ini, yang berubah arah cukup drastis.
Taylor Swift tentu saja masih seorang musisi pop. Namun, Taylor membuktikan bahwa ia mampu memberikan sesuatu yang lebih dari selayaknya seorang penyanyi pop. Ini tentu saja bukan pertama kalinya ia mengejutkan publik. Album '1989' yang dirilis tahun 2015 silam, menjadi awal dimana ia merubah drastis arah musiknya. Dimana citra Taylor berubah dari seorang 'country-princess' menjadi 'mega-popstar'.
Sementara folklore sendiri, menjadi keberlanjutan dari tahap kedewasaan musikalitas Taylor. Meninggalkan tipikal musik pop yang riuh, folkore justru menuju arah musik folk dan alternative. Pun dalam album ini, Taylor bekerja sama dengan Aaron Dessner, Bon Iver, serta partner setianya yakni Jack Antonoff.
Album diawali dengan Taylor yang menceritakan aneka kisah kasih yang tiada happy-ending. Ini dibuktikan pada track pertama berjudul 'the 1'. Dimana Taylor melakukan kilas balik yang sentimental tentang suatu hubungan di masa lalu. Berlanjut pada track kedua 'cardigan', Taylor menceritakan tentang kisah masa lalu yang segan untuk dilupakan. Sementara kolaborasi dengan Bon Iver berjudul 'exile', mengisahkan kegagalan hubungan yang merupakan buah dari kegagalan komunikasi. Lagu 'my tears ricochet', 'illicate affairs', dan 'this is me trying' pun menghadirkan vibe serupa.
Taylor pun turut menghadirkan berbagai sisi dirinya yang lebih personal. Seperti 'the last american dynasty' yang menghadirkan skill story-telling sejarah pemilik lama dari rumahnya, Rebekah Harkness. Track bernuansa 80an 'mirrorball', mengungkapkan kekuatan adaptasi sosial Taylor, menyebut ia sebagai refleksi dari pribadi orang lain. Taylor turut mengenang teman masa kecilnya dalam lagu 'seven'. Ia pun menghadirkan pernyataan atas berbagai berita miring tentang persona nya dalam 'mad woman'. Serta 'epiphany' yang berkisah tentang kakeknya.
Yang menarik, terdapat trio lagu yang merupakan kisah hasil imajinasi dari Taylor Swift. Lagu-lagu tersebut adalah 'cardigan', 'august', dan 'betty'. Secara lirik, mereka merupakan satu narasi tak terpisahkan. Yakni, kisah mengenai cinta segitiga remaja. Dalam 'cardigan', kisah ini dilihat dari perspektif tokoh bernama Betty. Sementara pada track 'betty', merupakan perspektif dari kekasih Betty, yakni James. Diketahui dalam kisah ini, James sedang bermain hati dengan perempuan lain. Perempuan lain tersebut pun memiliki perspektif sendiri tentang kisah cinta segitiga ini. Yang mana dapat disimak pada track berjudul 'august'.
Album ini ditutup dengan 'hoax', dimana Taylor memutuskan untuk bertahan pada toxic relationship. Sementara pada versi deluxe, Taylor menyisipkan bonus lagu cinta berjudul 'the lakes', dimana lagu ini menghadirkan referensi suatu kawasan danau bernuansa romantis dan ternama di Inggris.
Musikalitas dalam album folklore terdengar minimalis, namun tidak benar-benar repetitif. Beberapa lagu memang terkesan sangat minimalis, sehingga bisa jadi membosankan bagi penggemar karya pop lawas Taylor. Namun, hal ini bisa membuat pendengar lebih fokus dengan vokal manisnya, yang mengalunkan berbagai cerita dan pesan. Sehingga, fokus utama folklore ada pada kekuatan liriknya. Beruntungnya, Taylor pun melakukan switch-up pada beberapa track, dengan aransemen berbeda. Contohnya saja, aransemen yang sedikit energik pada 'the last american dynasty', dan sentuhan harmonika pada 'betty'.
Tracklist album folklore |
Melalui folklore, Taylor berhasil melakukan eksperimen dalam musik folk dan alternative. Tentu saja, bukan sekedar berkat campur tangan produser dan musisi lain. Namun, juga dari kemampuan Taylor sendiri dalam bermusik, khususnya dalam skill penulisan lagu. Taylor pun nampak percaya diri, dengan peralihan sound pada folklore. Pasalnya, mayoritas track tidak terdengar layaknya lagu pop yang sedang tren. Tentunya, agak sulit mencari lagu yang radio-friendly, layaknya di katalog terdahulunya. Namun positifnya, album ini dihujani berbagai respon positif dari kritikus dan pecinta musik.
0 Comments