Urban Hymns (1997) |
Tidak banyak yang mengingat band aliran alternatif / britpop yang sempat berjaya pada era 90 an ini. Tapi mungkin akan beda cerita saat lagu Bitter Sweet Symphony diputarkan. Saat sang vokalis berjalan sembari menabrak setiap orang yang melintas dari arah berlawanan, saat itulah video klip Bittersweet Symphony mendapatkan berbagai nominasi penghargaan bergengsi. Album Urban Hymns juga laris di pasar musik dunia, dan menjadi best selling album di negara UK.
Setelah menyimak ulang lagu Bitter Sweet Symphony, saya merasa tertarik dengan album Urban Hymns. Mengingat saya cukup awam dengan band satu ini, namun sangat tidak asing dengan lagu Bitter Sweet Symphony. Untuk meneguhkan niat, saya coba menyimak satu single lain dari album Urban Hymns, yang berjudul The Drugs Don't Work. Dan akhirnya, saya pun makin yakin untuk menyimak album Urban Hymns secara keseluruhan.
Mari dimulai dari track pertama, Bitter Sweet Symphony. Track satu ini dibuka dengan intro yang megah, dan tentu tidak asing bagi generasi 90 an. Lagu ini ternyata mengambil sample dari Andrew Oldham Orchestra pada lagu yang berjudul The Last Time. Komposisi strings yang diambil tadi lantas digubah menjadi karya yang membius telinga, sangat apik dan menawan. Liriknya sendiri bermakna dalam, "Try to make ends meet, You're a slave to money then you die". Tidak salah lagu ini menjadi hits terbesar mereka.
Dilanjut dengan Sonnet, track kedua yang tak kalah menawan. Tembang melankolis yang slow, namun sedikit 'menggertak' pada pertengahan sampai akhir lagu. Intro gitar akustiknya juga sangat menawan, dan terasa relaxing. Musiknya seakan membawa saya di suasana matahari terbit di dataran tinggi yang penuh dengan pepohonan hijau. Disusul track ketiga, The Rolling People yang ternyata diluar dugaan. Eksentrik, dengan durasi yang berlebihan. Positifnya, The Verve masih melakukan eksplorasi pada psychedelic music. The Drugs Don't Work menjadi track penyelamat dari track sebelumnya. Track ini sangat emosional, dari lirik, musik, hingga pelafalan dari sang vokalis.
Photoshoot dari album Urban Hymns (1997) |
Lanjut ke beberapa track selanjutnya. Catching The Butterfly memiliki musik yang sedikit berbeda dengan bumbu psychedelic dan tempo yang sedikit lebih cepat dari Sonnet dan The Drugs Don't Work. Disini terasa suasana atmospheric, dengan permainan nada-nada yang terdengar agak absurd. Dilanjut dengan Neon Wilderness yang cukup...membosankan. Masih terasa suasana atmospheric, namun musiknya yang terkesan repetitif membuat lagu ini terdengar membosankan. Berikutnya ada Space And Time, yang cukup easy listening namun 'nothing special'. Track berjudul Weeping Willow, terdengar indah dengan bumbu psychedelic dengan sedikit reverb, namun agak boring. Meski begitu, musikalitas Weeping Willow yang berhasil membangun nuansa atmospheric ini patut diacungi jempol.
Sejauh ini, saya masih belum menemukan track yang setingkat dengan Bitter Sweet Symphony, sampai pada track Lucky Man. Track ke sembilan ini mengobati kekecewaan pada 4 track terakhir. Lucky Man lebih easy listening, tanpa kandungan efek reverb maupun distorsi yang absurd. Dilanjutkan dengan One Day, yang kembali dengan sisi melankolis seperti Sonnet. Selanjutnya, track This Time sedikit memberi angin segar dengan membawa tempo yang lebih cepat. Lagu selanjutnya berjudul Velvet Morning, kembali dengan tempo pelan. Instrumental nya sendiri menarik, dengan sedikit efek absurd pada vokal.
Photoshoot album paling memorable dari The Verve (1997) |
Album ini ditutup dengan Come On yang juga termasuk hidden track berjudul Deep Freeze. Disini, The Verve lebih menghentak dengan permainan vokal yang apik disertai efek tumpukan vokal yang seakan membentak pada menit kelima. Setelah Come On berakhir, track masih berjalan namun hanya keheningan yang durasinya lama. Barulah pada menit ke 13, hidden track Deep Freeze akhirnya muncul. Total durasi track Come On beserta Deep Freeze sekitar 15 menit. Deep Freeze sukses mengejutkan saya. Hidden track (lagu tersembunyi) yang hanya berupa instrumental ini terdengar indah dan calming. Elemen ambient yang dipadu dengan suara tangisan bayi, terdengar agak nyeleneh namun harmonis. Deep Freeze membuat saya speechless..
Di akhir sesi menyimak Urban Hymns, saya mencoba menggali beberapa lagu lawas mereka sebelum album ini dirilis. Mengejutkan, karena The Verve justru terbiasa menampilkan musik psydhelic rock. Misalnya pada beberapa track di rilisan tahun 1992 bertajuk The Verve - EP. Bicara soal musik psydhelic, beberapa track di debut EP ini justru mampu menarik perhatian, daripada track serupa di Urban Hymns.
Overall, terungkap alasan mengapa album ini sempat laris manis pada jamannya. Bitter Sweet Symphony harus diakui memiliki dampak yang sangat kuat dalam mempengaruhi penjualan album Urban Hymns. Orang mungkin berpikir bahwa seluruh track di album bakal terdengar sama hebatnya dengan Bitter Sweet Symphony, single pertama dari album ini yang meledak di tahun 1997.
Namun realitanya, album ini bakal agak membingungkan bagi yang belum pernah mengikuti karya debut The Verve. Disini, The Verve memilih untuk menunjukkan berbagai sisi yang berbeda dalam album ini. Dengan merilis beberapa lagu seperti pada album sebelumnya, yang bernuansa atmospheric dan psychedelic. Namun, dengan tetap mengikuti tren musik kontemporer. Sayangnya, beberapa track kerap terdengar cenderung flat. Sementara Bitter Sweet Symphony, Sonnet, The Drugs Don't Work, dan Lucky Man merupakan highlights dari album yang wajib untuk disimak!
0 Comments